Aug 4, 2023
Reporter Muda Ep.7- Kolom Reporter “Usiaku 14 Tahun”: Wang Chien-ming, Penantian Seorang Pebisbol
Meskipun pada usiaku berumur 25 tahun, menjadi seorang pebisbol Taiwan yang bermain dalam MLB Major League Baseball, menjadi pitcher yang unggul, selama 9 tahun di LMB, berhasil memetik 68 kemenangan akan tetapi banyak orang yang tidak percaya, ketika saya berusia 14 tahun, selalu melempar bola jelek, berbentuk kurva parabola, sulit untuk menjadi pitcher unggulan, pada waktu itu hanya bisa menyaksikan adik kelas 郭泓志 Guo Hung-chih tampil bertanding, sementara kesempatan saya maju bertanding sangat kecil sekali.
Momen penting paruh awal pertandingan Liga bisbol profesional. Chunghwa (Chinese Profesional Baseball League,CPBL), tim CTBC Brothers menempatkan saya dari juara ke-2 naik juara pertama, meskipun tetap sama sebagai pelatih pitcher, akan tetapi gaya kerja berubah drastis. Semula bertanggung jawab untuk bagian pembinaan dan pelatihan pitcher muda, kini bertanggung jawab untuk strategi penempatan pemain, ditambah lagi dengan beban prestasi, kondisi ini membuat gaya hidup berubah drastis, bagi saya ini adalah sebuah tantangan baru, akan tetapi belajar hal baru yang tidak pernah melelahkan bagi saya. Namun, untuk yang satu ini saya merasa cukup kuatir.
Putra sulung saya, musim panas tahun ini akan lulus SMP di AS, rencana awal saya dan istri berharap agar SMA sekolah di Taiwan, kuliah baru berlanjut studi di AS. Belakangan ini malah dia bilang ke mamanya ingin tetap sekolah SMA di AS, dan berlanjut bermain bisbol. berkaitan dengan apa yang disukai oleh anak, Saya dan istri selalu berupaya mendukung mereka, akan membantu mereka menentukan pilihan.
Sebentar lagi putra saya naik SMA, saya selalu teringat masa saya seumuran dengan dia, lingkungan tumbuh kembang saya dan putra saya sangat jauh berbeda, di Taiwan dan AS memiliki latar belakang pendidikan maupun bisbol yang berbeda sama sekali, akan tetapi saya merasa, pada era kapan pun, wajib memastikan bagaimana diri kita menyikapinya.
_Masa SMP ku Jauh Tertinggal _
Sebenarnya, karier saya dalam olah raga bisbol tidak semulus seperti yang dikira orang-orang. Yang saya maksud bukan setelah saya bergabung dengan MLB, dikarena mengalami cedera serius pada kaki dan pundak sehingga membutuhkan waktu panjang untuk pulih kembali, kemudian saya kembali ke Minor League Baseball (MiLB), hal ini juga diketahui banyak orang. Setelah saya SMP, saat berumur antara 12-15 tahun, saya benar-benar hanya seorang pebisbol biasa saja.
Semasa SD saya menjadi pitcher, merasa melempar bola sangat menyenangkan, berharap bisa menguasai pitcher, namun setelah SMP, semasa pertandingan dari metode lembut diubah menjadi kasar, saya merasakan saya tidak bertenaga, bola yang saya lempar sangat lembut dan membentuk kurva , tidak bertenaga, di tengah pemain tim bisbol, saya sama sekali tidak berkesempatan untuk menjadi pitcher unggulan, setelah saya SMP kelas 2, bahkan adik kelas Guo Hung-chih belajar lebih cepat, jauh lebih mahir daripada saya, dia terpilih sebagai pitcher.
Saya berubah menjadi pitcher yang lebih baik setelah saya SMA. Setelah SMA kesempatan untuk bertanding dan melempar bola semakin besar, kekuatan dan keseimbangan tangan berangsur-angsur semakin baik, ditambah lagi semasa SMA masih ada pelatihan pada malam hari, semua kakak kelas giat berlatih, jadi kami sebagai adik kelas juga wajib berlatih, memperlihatkan kegigihan kami kepada kakak kelas, setiap kali melempar bola sebanyak 2 keranjang besar. Ada kalanya kakak kelas juga mendesak dan bilang , ayo cepat! Lempar yang cepat!, selalu mendesak, malah sebaliknya masa saat itu, mendorong saya dan lemparan bola saya secara berangsur-angsur semakin baik.
Tekad kuat berlatih hingga kaki tak bertenaga
Saat saya duduk di bangku SD Zhongxue Tainan (台南崇學國小), karena saya berperawakan tinggi, maka ikut bergabung dengan tim basket, masih ingat sewaktu SD kelas 4, suatu ketika bermain basket, instruktor basket yang merangkap pelatih bisbol mengamati saya, dan menanyakan saya “apakah saya ingin bermain bisbol?”, tak disangka sejak saat itulah perjalanan bisbol terus berlanjut hingga sekarang, setelah saya masuk SMP Chienxing (建興國中), saya pun berlanjut bermain bisbol.
Pada waktu itu setiap hari saya naik sepeda dari rumah saya di distrik Dung ke sekolah, saya belajar hingga siang hari, kemudian naik sepeda ke lapangan bisbol di Tainan. Beberapa tahun setelah liga prof chunghwa baru berdiri, masih belum ada pertandingan profesional, baru bisa berlatih bisbol di lapangan ini; pada hari pertandingan bisbol CPBL maka kami berlatih di sekolah.
pebisbol dari SMP Chienxing bertugas sebagai caddy, setelah berlatih kami ke lapangan bisbol untuk mengambil bola, tongkat, saat itu sering melihat para senior atau “shenpai” berlatih, menyaksikan pertandingan, suasana sangat menggairahkan, keuntungan bertugas sebagai caddy tidak hanya demikian saja, kami juga diperlakukan dengan baik oleh senior, mereka memberikan kami tongkat yang sudah rusak, kami bawa pulang dan kami perbaiki dengan paku dan dililit dengan lakban, tongkat bisa dipakai kembali.
Meskipun setelah saya dewasa, saya berkesempatan bermain di Major League Baseball, pada saat saya baru saja masuk SMP, cita-cita saya menjadi pebisbol profesional liga Chunghwa. Masih ingat pada pertandingan bisbol di Tainan, sering menyaksikan pertandingan tim The Uni-President 7-Eleven Lions, yang paling berkesan adalah Jose Nunez.
Seperti yang saya tahu, tidak sedikit penggemar muda bilang dia adalah binatang purba, bagi saya Jose Nunez adalah pitcher pertama terbaik yang pernah saya temui, masih ingat pada tahun pertama dengan lemparan, mencetak 22 menang. Pada tahun saya berusia 14 tahun, persaingannya dengan anggota CTBC Brothers Chen Yi-hsin (陳義信) sangat sengit, momen pertandingan ini sangat sulit untuk dilupakan.
St
Meskipun saya masih muda pada saat itu, saya masih merasa bahwa Wang Han (王漢) mampu melempar bola dengan mulus, dengan mudah mengalahkan pemukul , dapat dengan mudah menghadapi para batter, dan dapat melakukan banyak out. Kecepatan bolanya sangat cepat,.Sangat nyaman melihatnya melempar bola, yang mirip seperti bermain dengan pemukul (batter), yang mencetak banyak “out”. Lemparan bolanya sangat cepat, jangkauan bola yang mulus kerap kali membuat pukulan batter tidak tepat, menyaksikan dia melempar dengan santai, seakan-akan mempermainkan batter.
Jika tidak ada pertandingan penting, maka pada saat itu seminggu kami berlatih 5-6 hari, hingga saat akan menyambut pertandingan piala, kami berlatih secara intensif, ada kalanya sangat melelahkan. Karena masuk SMP, saya sudah bertekad bermain bola, orang tua saya juga telah terbiasa. Masih ingat ketika masa SD saya baru bergabung dengan tim bisbol, diforsir dan sangat melelahkan sesampai di rumah saya tidak bertenaga, kaki tak bertenaga untuk naik tangga, saya duduk di anak tangga, mengangkat pantat dari satu anak tangga ke anak tangga untuk ke lantai atas. Pada saat itu, orang tua merasa sangat simpati melihat saya kelelahan, mereka sempat bertanya apakah lebih baik untuk tidak bermain bisbol lagi, tetapi saya tetap cinta bisbol! Masa sulit sudah pernah saya lalui di masa kecil, masa sulit yang dihadapi saat masa SMP tidak berarti apa-apa lagi bagi saya.
Alasan lain adalah karena pada masa itu saya tidak suka sekolah, sejak SD, setelah siang hari saya wajib berlatih, tidak ada waktu belajar di kelas, setelah SMP, juga sama , karena saya hanya belajar sampai siang hari, setelah itu waktu yang menyenangkan adalah bersama teman-teman bermain bola di luar kelas.
Ketika saya masih SMP, semua anggota tim bisbol berada di kelas yang sama, dan ada kelas keterampilan lain yaitu ketrampilan memasak. Siswa di kedua kelas ini tidak suka belajar, begitu juga saya. Jika ada ujian saya baru belajar sebentar, nilai saya 60 poin. Saya terhitung sebagai anak yang penurut, saya duduk diam di bangku kelas, tidak seperti siswa lain yang tidak tenang di kelas, diam-diam membaca buku komik…